JAKARTA, - Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifah Amaliah mengatakan, kebijakan belajar delapan jam sehari dinilainya merupakan kebijakan yang Jawa Sentris.
Kebijakan itu dinilai tidak melihat dampak menyeluruh pada daerah lain.
Hal tersebut disampaikan Ledia dalam diskusi di radio Sindo Trijaya di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu.
"Kita jangan ambil kebijakan yang Jawa sentris," kata Ledia.
Bahkan, Ledia mengatakan, di daerah Jawa sendiri seperti di Cililin, Jawa Barat ada sekolah yang aksesnya saja tidak mudah karena menaiki gunung.
Siswa menurut dia, mesti naik ojek yang biayanya berkisar Rp 25.000-50.000. Belum lagi mengenai risiko keamanannya.
Ledia juga menyinggung bagaimana dampak anak yang biasanya pulang sekolahnya kemudian membantu orangtua seperti berdagang, membantu orangtuanya yang nelayan, atau membantu mencari nafkah lainnya.
Aturan membuat anak belajar delapan jam sehari juga dinilai dibuat dengan waktu istirahat yang sedikit.
"Di sekolah sehari delapan jam, anak-anak kita istirahat cuma setengah jam. Jangankan anak, kita saja pasti ngomel," ujar Ledia.
Dalam rapat DPR dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Ledia mengatakan DPR menyimpulkan kebijakan ini tidak memperhatikan dampak secara menyeluruh secara nasional.
"Kesimpulannya ini tidak bisa dipaksakan, kalaupun dipaksakan harus opsional," ujar Ledia.
Baca juga: Pembuat Kebijakan Sekolah Lima Hari Coba Sesekali Turun ke Bawah...
kompas.com
0 Response to "Anggota DPR Nilai Kebijakan 8 Jam Belajar Jawa Sentris"
Posting Komentar