BANDUNG, - Isu agama dan etnisitas terbilang laku dalam pemilihan kepala daerah. Bahkan isu ini kerap 'digoreng' sejumlah pihak untuk memuluskan langkah mencapai tujuan.
"Isu agama, etnisitas, atau disebut Sara dianggap isu yang paling murah meriah untuk konteks pilkada," ujar pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Bandung, Prof Dede Mariana kepada , belum lama ini.
Isu ini, sambung Dede, memanfaatkan tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang umumnya masih rendah. Misal di Jawa Barat dan beberapa daerah lain yang rata-rata lama sekolah tidak tamat SMP.
"Pendidikan yang tidak bagus, begitu disulut, biasanya emosinya langsung naik. Isu-isu keterikatan agama, etnis, mereka merasa hanya punya itu. Apalagi ditambah miskin," ungkapnya.
Jadi, ketika isu berbau agama maupun etnisitas dilemparkan, mereka akan dengan mudah tersulut. Kebetulan, yang mendominasi kemiskinan dan pendidikan yang rendah di Indonesia adalah umat muslim, sehingga yang muncul di permukaan pun umat muslim.
"Lalu ada yang bertanya, kenapa bisa terjadi di ibu kota? Meski Jakarta ibu kota, banyak penduduk migran yang tinggal di Jakarta. Kondisi penduduk migran ini mirip dengan Indonesia lainnya. Orang-orang dengan tingkat pendidikan kurangnya banyak," imbuhnya.
Kondisi ini memperlihatkan, karakteristik warga ibu kota dengan daerah hampir sama. Karena kantong kemiskinan, rata-rata lama sekolah, masih menjadi persoalan yang menyelimuti.
kompas.com
0 Response to "Mengapa Isu Agama dan Etnisitas Laku di Pilkada, Ini Alasannya"
Posting Komentar