Di sepanjang Jalan Raya Kalimalang yang dilaluinya dari Bekasi, Erman menyaksikan massa merazia sejumlah kendaraan. Beberapa pengendara dipaksa turun, lalu kendaraannya dibakar. Begitu melintas di depan kantor pemadam kebakaran di Matraman, degup jantung Direktur Utama PT PP-Taisei itu nyaris berhenti. Sekelompok lelaki bersenjata tajam menghentikan laju sepeda motornya. Dengan membentak-bentak, mereka memaksa Erman membuka helm yang menutupi kepala dan wajahnya.
"Bukan! Dia pribumi, orang Jawa," seru salah seorang dari massa itu. Erman, yang di kemudian hari menjadi Menteri Tenaga Kerja periode 2005-2009, pun diizinkan melanjutkan perjalanan. "Plong…."
"Peristiwa kerusuhan Mei 1998 itu menjadi salah satu momen paling dramatis dalam hidup saya," tulis Erman dalam memoarnya, 'Si Tukang Betun Jadi Menteri', yang dikutip detikcom, Sabtu.
Begitu tiba di gerbang SMU Marsudirini, Erman bergegas meminta petugas satpam sekolah mempertemukannya dengan si bungsu. Rupanya para guru dan staf sekolah telah mengamankan semua murid di ruang belakang. Suasana mengharu biru spontan menyergap. Sejumlah rekan Ratna yang meminta turut pulang membuat Erman gamang. Tapi mereka akhirnya mau mengerti ketika tahu Ratna cuma dijemput dengan sepeda motor. Erman bangga berhasil menyelamatkan putrinya itu. Ia pun bersyukur Ratna, yang kini bekerja di perusahaan telekomunikasi, masih segar bugar. "Sekali lagi, buat saya dan Ratna, peristiwa Mei 1998 itu begitu dramatis," ujarnya.
Kerusuhan massal yang mengoyak Ibu Kota itu dipicu oleh tewasnya empat mahasiswa Trisakti di kampus mereka pada 12 Mei. Keempat mahasiswa itu adalah Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hendriawan Sie, dan Heri Hartanto.detik.com
0 Response to "Lolos dari Prahara karena Ganti Mercedes dengan Motor Bebek"
Posting Komentar