GROBOGAN, - Upacara militer oleh puluhan personel gabungan TNI dan Polri mengiringi jenazah Mayor Laut Anumerta Haryanto menuju tempat peristirahatan terakhirnya, Senin siang, sekitar pukul 13.15 WIB.
Seperti halnya pemakaman militer pada umumnya, gerakan hormat senjata turut serta melepas peti jenazah berbalut bendera merah putih itu hingga ke liang lahat di TPU Desa Pulorejo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Isak tangis keluarga cukup nyaring terdengar saat itu. Bahkan beberapa rekan korban terlihat tak kuasa meneteskan air mata. Mereka tak menyangka almarhum yang dikenal baik serta rajin shalat itu begitu cepat pergi meninggalkan mereka selama-lamanya.
Komandan Pangkalan TNI AL Semarang, Lantamal V, Kolonel Laut Hanarko Djodi Pamungkas, memimpin upacara pemakaman ala militer tersebut.
Paman korban, Harmo menjelaskan, semasa kecil hingga remaja, Haryanto hidup dalam kesederhanaan di lingkungan keluarga petani. Seusai menamatkan studinya di SMAN 1 Purwodadi, Haryanto sempat bekerja sebagai buruh di pabrik semen di Gresik, Jatim.
"Haryanto rajin shalat dan ngaji. Ia tak pernah merepotkan orangtua. Sama siapa saja ia baik dan sopan. Kami berusaha ikhlas," tangis Harmo kepada .
Tak berselang lama, Haryanto yang telah hijrah ke Gresik itu tiba-tiba saja membawa kabar yang sangat mengejutkan kepada keluarganya di kampung.
"Haryanto mendadak kirim kabar kalau ia telah diterima menjadi tentara di Akademi Angkatan Laut. Kami kaget dan disuruh menyusul. Kabar ini sontak membuat kami bangga karena memang dia tak pernah izin keluarga. Setahu kami ia hanya buruh di pabrik," jelas Harmo.
Kabar mengejutkan pun datang lagi. Keluarga sangat syok begitu mendengar kabar Haryanto telah tiada. Sosok suri tauladan bagi mereka itu kini sudah tak bisa lagi bersua.
"Libur lebaran kemarin sempat pulang tiga hari. Selamat jalan le, teruslah terbang setinggi yang kamu mau. Allah menyayangimu le," pungkas Harmo.
Haryanto, pilot helikopter Basarnas yang jatuh di Bukit Muntung, Gunung Butak, Desa Canggal, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu, berasal dari Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Anggota Skadron Udara 400/Wing Udara 1/Puspenerbal TNI AL itu menghabiskan masa kecil hingga remaja di Dusun Pelemwulung, Desa Pulorejo, bersama kedua orangtuanya yang berprofesi sebagai petani.
Haryanto adalah putra pertama dari dua bersaudara pasangan Sali dan Marmi. Dia adalah alumni SMAN 1 Purwodadi serta lulusan Akademi Angkatan Laut Surabaya. Kini ia meninggalkan seorang istri dan tiga orang putra.
Senin, satu per satu pelayat berdatangan ke rumah duka. Sejumlah karangan bunga, khususnya dari jajaran TNI, terpampang di kawasan rumah duka.
Oleh rekan-rekan kerjanya di Skadron Udara 400/Wing Udara 1/Puspenerbal TNI AL, Haryanto disebut-sebut memiliki kemampuan terbang yang cakap, mumpuni, dan profesional.
Pilot helikopter Basarnas yang jatuh di Bukit Muntung, Gunung Butak, Desa Canggal, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah pada Minggu itu, tercatat mengantongi jam terbang yang tinggi.
Haryanto bahkan pernah mendapat tugas bergabung dengan kontingen Garuda selama setahun di Lebanon dalam misi United Nations Interim Force in Lebanon.
"Kemampuan terbang beliau tak diragukan lagi. Tapi takdir berkata lain. Selamat jalan saudaraku, istirahatlah dengan tenang di sisi Allah SWT," kata Pratu Aris Setiawan, rekan korban di Skadron Udara 400/Wing Udara 1/Puspenerbal TNI AL, Senin.
Berita sebelumnya, helikopter milik Basarnas mengalami kecelakaan di Bukit Muntung, Gunung Butak, Dusun Canggal Bulu, Desa Canggal, Kecamatan Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah, Minggu sore.
Tercatat delapan penumpang termasuk pilot dan kopilot di helikopter nahas itu. Mereka terdiri dari anggota Basarnas Jateng dan beberapa orang dari kru helikopter.
Kapolda Jawa Tengah Irjend Pol Condo Kirono menyatakan, delapan penumpang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di lokasi kejadian. Ia menjelaskan, sebelum terbang, helikopter Basarnas HR 3602 tersebut melakukan dua kali penerbangan.
"Penerbangan pertama, pukul 10.00 WIB, mereka melakukan pantauan udara dari Brebes ke exit tol Gringsing. Saat itu, selain kru helikopter dan SAR Semarang, mereka juga membawa wartawan," jelas Condro.
Setelah mendengar kabar adanya letupan Kawah Sileri di Dieng, mereka diperintahkan membantu evakuasi korban. Dalam perjalanan kedua ini, tak ada wartawan yang turut serta.
kompas.com
0 Response to ""Selamat Jalan Le, Teruslah Terbang Setinggi Yang Kau Mau""
Posting Komentar