Magelang - Perjuangan penyandang disabilitas tak jarang menghadapi perlakuan diskriminatif dari lingkungannya. Hal itu juga dialami Muhammad Fuad Gufron, penghapal Alquran dari Magelang yang berkali-kali merasa dipecundangi dalam berbagai kejuaraan. Dia juga menilai Pemerintah hanya sibuk menyoroti perbedaan suku dan agama, namun masih abai pada perbedaan fisik pada rakyatnya.
Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Luar Biasa Maarif Muntilan, Magelang, itu mengisahkan pengalaman tak mengenakkan yang masih diingatnya hingga kini yaitu ketika dirinya masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Ketika itu Fuad sering mengikuti kejuaraan dan lomba-lomba tingkat kecamatan, salah satunya adalah mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama.
Dalam lomba tersebut, perwakilan sekolah umum dan perwakilan dari SLB tidak dibedakan, sama-sama berkompetisi di ajang yang sama. Fuad terpilih menjadi pemenang atau juara I dan seharusnya menjadi wakil tingkat kecamatan untuk maju dalam kejuaraan serupa di tingkat kabupaten.
"Tapi ternyata yang diberangkatkan malah juara II, yang merupakan siswa normal sekolah umum dan tidak menyandang disabilitas. Hal itu berlangsung beberapa kali, hingga saya kelas VI SD. Ternyata itu tidak hanya menimpa saya, tapi juga teman-teman serta adik kelas saya," kenang Fuad.
Baca juga: Mengenal Fuad, Tunanetra Penghafal Alquran Asal Magelang
Gerah dengan perlakuan diskriminatif itu, Fuad kemudian menghimbau kepada adik-adik kelasnya untuk tidak lagi ikut dalam kejuaraan maupun lomba yang diselenggarakan pihak manapun, jika keberadaannya masih tidak dianggap. Ajakan itu disetujui oleh teman maupun adik kelasnya.
"Kami baru akan kembali berpartisipasi jika diperlakukan sama dengan siswa lain. Akhirnya sekolah kami menyampaikan aspirasi tersebut dan disetujui," katanya.
Tak cuma dalam berkompetisi, saat kecil Fuad juga sering menerima ejekan atau celaan dari teman sepermainannya. Namun hal itu dianggapnya sebagai hal biasa saja. Meskipun demikian, dia juga merasa sering dibantu teman-temannya yang lain saat menghadapi kesulitan karena keterbatasan sebagai penyandang tuna netra.
Bagi Fuad, penderita disabilitas sebenarnya juga memiliki kelebihan yang sepatutnya bisa diperlakukan seperti orang biasa. Bukan untuk dibiarkan begitu saja, apalagi dihindari atau disembunyikan karena dianggap sebagai aib.
"Saya pikir, semua itu terjadi karena kekurangpahaman dari masyarakat. Kadang masih kita temui sebuah keluarga yang justru menyembunyikan anggota keluarganya yang menyandang disabilitas karena malu," ungkapnya.
Padahal, kata dia, penyandang disabilitas seharusnya dibebaskan. Biarkan mereka bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain, berada di lingkungan baru yang berbeda. Disabilitas menurutnya bukan kekurangan, tapi hanya perbedaan fisik.
"Saya heran, kenapa akhir-akhir ini negara menyorot perbedaan tapi hanya perbedaan dalam hal suku, ras, ataupun agama. Kenapa perbedaan fisik tidak banyak dibahas. Seharusnya masyarakat juga bisa ramah dengan difabel, begitu juga sebaliknya," tutur Fuad.
detik.com
0 Response to "Fuad, Tunanetra Penghafal Alquran yang Mendobrak Ketidakadilan"
Posting Komentar