MAJENE, - Masjid Syekh Abdul Mannan Salabose yang berusia lebih dari 400 tahun masih berdiri kokoh meski dalam pembuatannya disebutkan hanya menggunakan ribuan telur sebagai perekat bangunan batu pahat.
Sejak dibangun pada 1608 silam, masjid peninggalan Syekh Abdul Mannan yang merupakan tokoh penyebaran Islam di Majene, Sulawesi Barat ini tetap mempertahankan ciri khasnya.
Masjid Syekh Abdul Mannan Salabose dibangun dari batu gunung yang dipahat, kemudian disusun dan direkatkan dengan putih telur.
Meski mengalami perbaikan karena sebagian komponennya rusak dan lapuk, namun sejumlah ornamen asli seperti kubah, dinding batu, menara, dan ukiran yang kaya dengan simbol persatuan dan kebersamaan di tengah masyarakat masih tetap dipertahankan.
Hanya saja bagian luar masjid sudah ditambah berbagai ornamen lain, seiring pertambahan jumlah jemaah yang memaksa bangunan purbakala ini mengalami renovasi di beberapa tempat.
Masjid ini memang kaya ornamen. Pada bagian depan di dalam ruangan masjid misalnya, tempat imam memimpin shalat terdapat relief peninggalan tempo dulu yang syarat makna.
Bagian atas terdapat gambar bintang yang jumlah sisinya berjumlah lima dan lambang matahari dan bulan. Ini sebagai pertanda lima waktu shalat dalam sehari semalam.
Sedangkan pada bagian bawahnya terdapat lambang wadah sebagai tempat wudu. Kemudian lambang tombak dan keris sebagai perpaduan budaya Mandar-Jawa. Sedangkan pada bagian bawah terdapat relief daun berjumlah 30, sebagai tanda 30 juz dalam Al Quran.
Imam Mesjid Syekh Abdul Manna yang juga keturunan langsung Syekh Abdul Mannan, Muhammad Gaus menjelaskan, berbagai ukiran yang sarat makna masih tetap dipertahankan sebagai ciri khas bangunan tua.
"Berbagai ciri khas bangunan tua seperti kubah, dinding batu yang disusun dari ribuan telur, dan ornamen lukisan yang sarat makna dan pesan simbolis tetap dipertahankan hingga kini," kata Muhammad Gaus.
Masjid juga menyimpan sebuah mushaf Al Quran hasil tulisan tangan Syekh Abdul Mannan. Al Quran tua ini ditulis dari getah pohon. Agar bisa bertahan lama, mushaf purbakala ini dibungkus dengan kulit kambing.
Tradisi saat ini, mushaf Al Quran hanya dibuka pada 17 Ramadhan, saat malam Nuzulul Quran atau malam diturunkannya Al Quran. Mushaf ini digunakan Syekh Abdul Mannan saat mengembangkan ajaran Islam hingga dikenal luas di Majene seperti sekarang.
kompas.com
0 Response to "Masjid Syekh Abdul Mannan, Peninggalan Berkembangnya Islam di Majene"
Posting Komentar