Serangan udara digelar militer Filipina kemarin di Kota Marawi buat menggempur posisi kelompok militan Maute pro Negara Islam Irak dan Syam malah meleset. Bom dari jet tempur mereka justru jatuh di garis pertahanan tentara pemerintah.
Alhasil, sepuluh prajurit tewas dan tujuh lainnya terluka. Militer Filipina mengakui kesalahan itu, seperti dilansir dari laman AP, Kamis.
Juru Bicara militer Filipina, Brigjen. Restituto Padilla, mengatakan operasi udara itu digelar buat membantu pasukan sedang baku tembak dengan kelompok Maute. Lantas, sebuah jet Marchetti S-211 diterbangkan buat membombardir musuh. Mereka melakukan empat kali pemboman. Tiga di antaranya tepat sasaran.
"Namun bom terakhir mendarat di posisi yang sudah dikunci dan malah mengenai tentara yang sedang terlibat kontak tembak jarak dekat dengan kelompok militan," kata Padilla.
Kini kejadian sedang diselidiki buat menentukan siapa keliru.
Kondisi di Marawi hingga kini masih mencekam. Baku tembak hingga ledakan bom dari meriam dan jet tempur Filipina mengisi hari-hari di sana. Seorang warga setempat, Bilal Sulaiman, merasa kehidupannya selama lebih dari sepekan ini terasa sangat sulit. Dia dan istri beserta ketiga anaknya mesti mengungsi. Mulanya dia ngotot menjaga rumah.
Bilal yang bekerja sebagai tukang kayu menyatakan lari terbirit-birit saat sebuah bom jatuh tak jauh dari tempat dia mengantre mengambil air. Dia lantas kabur dan sembunyi di perbukitan berhari-hari, hingga akhirnya memutuskan berenang menyeberangi sungai hingga lokasi pengungsian.
kesulitan mencari kebutuhan dasar rumah tangga, yakni air dan makanan.
"Saya belum makan berhari-hari," kata Bilal.
Menurut dia, warga yang memilih tinggal di kota juga merasakan hal sama. Mereka merasa ngeri kalau harus keluar rumah meski hanya buat mencari air atau makanan. Warga lainnya, Naima Dimangadap, mengaku kesulitan hidup di kamp pengungsian. Sebab, dia tidak sempat membawa banyak barang dan rumahnya hancur akibat bom tentara pemerintah.
Hingga hari ini, konflik bersenjata di Kota Marawi masih berlangsung. Hal itu dipicu operasi militer Filipina gagal menangkap pentolan kelompok Abu Sayyaf yang tunduk kepada ISIS, Isnilon Hapilon. Dia juga diburu pemerintah Amerika Serikat. Anak buahnya yang loyal lantas membalas dengan menduduki kota itu.
Setelah lebih dari sepekan, militer Filipina mengklaim sudah menguasai 90 persen Kota Marawi. Mereka meyakini Isnilon masih bersembunyi di sana. Tercatat perang itu sudah menelan 130 korban jiwa. Yakni 89 militan, 19 warga sipil, dan 21 pasukan pemerintah.
Padilla mengatakan, ada delapan militan menyerah dan memberikan informasi. Presiden Rodrigo Duterte menyatakan bersedia melakukan pembicaraan perdamaian dengan kelompok militan, ditengahi oleh Front Pembebasan Islam Moro. Sebab, MILF memegang kendali atas otonomi daerah di Mindanao, merupakan hasil kesepakatan damai dengan pemerintah Filipina. [ary]
merdeka.com
0 Response to "Serangan udara meleset, 10 serdadu Filipina tewas di Marawi"
Posting Komentar