Warga Uighur di Mesir tiarap karena diburu atas perintah China

Komunitas muslim Uighur di Mesir panik setelah aparat keamanan setempat menggerebek dan merazia sejumlah rumah, sekolah, dan masjid. Kabarnya, tindakan itu atas permintaan pemerintah China.

Menurut seorang sumber dan saksi yang merupakan orang Uighur, tetapi bisa meloloskan diri, menyatakan mulanya aparat menangkap sejawatnya yang masa berlaku visa-nya sudah habis. Mereka bakal ditahan selama tiga bulan.

"Tapi sekarang mereka tidak memeriksa visa kami lagi. Mereka asal tangkap dan saya tidak tahu ada di mana rekan-rekan saya saat ini," kata sumber itu, seperti dilansir dari laman middleeasteye, Sabtu.

Foto-foto penangkapan itu beredar di dunia maya. Warga Uighur masih berlaku visa-nya dan sedang berlibur di pantai di dekat Alexandria juga dicokok. Konon warga Uighur sedang menuntut ilmu kini memilih sembunyi, tetapi dicari-cari polisi. Kabarnya, aparat melakukan razia di Universitas Al-Azhar buat mencari mahasiswa Uighur yang rata-rata belajar sastra Arab dan Islam.

"Polisi biasanya menangkap para pemuda Uighur. Namun, mereka juga membawa para perempuan. Kami sembunyi ketika kami mendengar aparat mengetuk pintu kediaman," kata anggota komunitas Uighur bernama Sumayya.

Penangkapan itu dilakukan setelah pemerintah China memerintahkan warga Uighur yang belajar di luar negeri supaya pulang pada 20 Mei. Hal itu konon dilakukan buat mengawasi warga Uighur dari pengaruh pandangan politik. Kabarnya, perwakilan pemerintah China kerap bertandang ke beberapa kawasan ditinggali orang Uighur, seperti di wilayah pinggiran Kairo, Kota Nasr. Mereka menyampaikan pengumuman supaya warga Uighur lekas kembali.

Lembaga nirlaba Human Rights Watch meminta pemerintah Mesir memberitahukan di mana mereka menahan orang Uighur, dan tidak memulangkan mereka ke China di mana dikhawatirkan mereka bisa disiksa dan mengalami persekusi.

Banyak warga Uighur memilih sembunyi ketimbang dideportasi, karena mereka takut bakal dikirim ke 'kamp konsentrasi' di China.

Sebab, banyak cerita kalau orang Uighur hilang setelah tiba di China usai belajar atau berhaji.

"Beberapa kawan saya hilang saat tiba di sana. Kami tidak tahu apa yang terjadi pada mereka. Tidak aman kalau kami pulang," kata seorang warga Uighur, Maryam.

Hal itu juga yang membikin kakak beradik Maryam dan Salma, memilih pergi ke Dubai. Mereka datang ke Kairo setahun lalu buat belajar bahasa Arab.

Banyak warga Uighur kabur ke Mesir menghindari pemerintah China yang menindas dan melarang mereka beribadah. Beberapa memang hendak belajar sastra Arab di Universitas Al-Azhar dan ingin merasakan hidup di negara muslim.

Kondisi mereka sengaja dibikin sulit karena upaya memperpanjang visa ditolak oleh kedutaan besar dan konsulat jenderal China di Mesir. Kalau sudah begitu, mereka dilarang melanjutkan studi di kampus.

Kini sejumlah mahasiswa Uighur khawatir dan memilih tiarap lantaran polisi Mesir selalu berjaga di depan kampus Al Azhar dan memeriksa paspor mahasiswa asing. Kalau ketahuan mereka orang Uighur, maka langsung ditangkap.

Beberapa malah mengaku dikontak saudara mereka di China supaya segera pulang. Jika tidak, maka orang tua mereka bakal dipenjara. Maka dari itu, mereka memilih kucing-kucingan. Padahal biasanya, warga Uighur di Mesir kerap terlihat sedang menumpang bus menuju kampus. Kalau mereka beruntung punya kerabat yang ada di negara lain, maka bisa saja menumpang. Sedangkan yang lain terjebak di Mesir karena tidak punya tempat berlindung.

Menurut Maryam dan Salma, pemerintah China melarang mereka mengenakan kerudung, tutup kepala, jilbab, hingga cadar. Bahkan mereka juga tidak boleh mengenakan baju berwarna hitam karena dianggap sebagai warna kaum ekstremis. Bahkan rok yang mereka kenakan haram melewati lutut. Kalau ada yang nekat berpakaian menutup diri malah dicap radikal.

Mereka juga tidak leluasa bepergian karena di setiap jalan dari Xinjiang selalu dijaga dengan puluhan pos pemeriksaan dengan tentara bersenjata berat. Kalau ada tiga lelaki atau lebih berjalan kaki maka mereka bakal dicemooh atau ditanyai, bahkan ditahan tanpa alasan jelas.

Segala macam peraturan konyol diterapkan bagi warga muslim di Xinjiang. Mereka hanya dibolehkan mempunyai satu pisau dan harus didaftarkan. Di dalam dan luar masjid dipasangi kamera. Bahkan konon pemerintah China bakal memasang perangkat GPS di setiap mobil milik warga muslim Xinjiang.

Kalau ada orang Uighur atau keluarganya kedapatan belajar bahasa Arab atau Alquran, maka mereka bakal langsung dibui dan harus membayar jaminan USD 15 ribu supaya bebas. Namun, kalau mereka punya uang, justru pemerintah China langsung membekukan asetnya. Pokoksnya selalu dipersulit. Bahkan pemerintah China selalu memaksa atau memberikan iming-iming uang supaya warga Uighur mau memata-matai tetangganya.

Maka dari itu, mereka banyak yang kabur ke Mesir buat merasakan hidup sebagai muslim yang utuh di negara mayoritas Islam. Namun, kini mereka merasa seolah dikhianati.

Sumayya kini terpaksa sembunyi di rumah sahabatnya yang orang Mesir. Dia khawatir bepergian karena kabarnya di bandara mereka juga bakal ditangkap. [ary]

merdeka.com

loading...

Related Posts :

0 Response to "Warga Uighur di Mesir tiarap karena diburu atas perintah China"

Posting Komentar

loading...