TPST Bantargebang milik DKI Jakarta di Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, diprediksi hanya bisa bertahan sampah hingga 10 tahun ke depan. Karena itu, pemerintah DKI harus bereksperimen dalam mengolah sampah produksi warganya yang setiap hari mencapai 7.000 ton.
"Kami sedang mengupayakan pembangunan ITF, sekarang masih dalam proses seleksi, karena pengajuan proposal dari investor mencapai 200-an," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis TPST Bantargebang, Asep Kuswanto di TPST Bantargebang belum lama ini.
Jika ITF sudah terbangun dan beroperasi, maka tak akan ada lagi sampah dibuang ke TPST Bantargebang. Langkah berikutnya, pihaknya mengupayakan mengolah gunungan sampah di atas lahan seluas 110 hektar itu sampai habis.
"Karena kalau dibiarkan akan memberikan dampak kepada lingkungan, makanya sampah harus diolah sampai habis," ujarnya.
Asep mengakui daya tampung TPST Bantargebang tak akan bertahan lama. Jika semua sampah produksi warga DKI dibuang ke TPST Bantargebang terus menerus, maka 10 tahun ke depan tak akan tertampung lagi.
Prediksi itu jika sampah yang dibuang ke TPST Bantargebang tak diolah atau sama seperti saat ini hanya open dumping. Beda halnya jika sampah dikelola dengan sistem sanitary landfil, maka bisa bertahan hingga 15 tahun ke depan.
"Kami sedang mengupayakan sanitary landfil. Kami sedang mengadakan geomembrane dan tanah urug untuk mendukung sistem tersebut," ujarnya.
Dengan sanitary landfil, gunungan sampah akan menyusut. Sebab, sebagian besar gunungan itu berisi gas dan air. Jika sudah ditutup dengan geomembrane, maka air hujan tak akan masuk, sedangkan penyedotan gas metana bisa maksimal. [noe]
merdeka.com
0 Response to "Daya tampung sampah di Bantargebang diperkirakan sisa 10 tahun lagi"
Posting Komentar