Eksistensi Ojek Sepeda Kota Tua di Tengah Menjamurnya Ojek "Online"

JAKARTA, - Barisan sepeda kayuh tua masih terlihat di sisi depan Stasiun Jakarta Kota, Jakarta Barat, tempat yang biasa digunakan para pengojek sepeda menunggu calon penumpang sejak puluhan tahun yang lalu.

Namun, pemandangan yang cukup unik terlihat di area ini. Para pengojek sepeda terlihat berbagi tempat "mangkal" dengan para pengemudi ojek online dengan sepeda motor dan jaket seragam khas perusahaan masing-masing.

Beberapa kali para tukang ojek sepeda mendekati para penumpang yang baru saja turun dari kereta dan menawarkan jasa ojek sepeda kayuhnya.

"Mari neng mau ke mana, saya antar ya," ujar seorang tukang ojek sepeda menawarkan jasanya kepada seorang wanita, Selasa.

Sambil terus menatap layar ponselnya, wanita tersebut tak menghiraukan tawaran tukang ojek sepeda tersebut dan hanya melambaikan tangan kanan yang berarti penolakan.

Tak lama berselang, pengemudi ojek online dengan jaket berwarna hijaunya mendekati wanita tersebut dan memberikan helm berlogo perusahaan tempatnya bekerja.

Melihat hal tersebut, tukang ojek sepeda yang tampak tak muda lagi tersebut menarik mundur sepedanya dan kembali ke dalam barisan para tukang ojek sepeda tuanya.

"Belum rezeki ndon," ujar tukang ojek yang lain.

Baca: Wisata ke Kota Tua? Naik Saja Ojek Sepeda Ontel

Saat masih berjaya

Samto Senen, seorang pria berusia 64 tahun masih setia berprofesi sebagai tukang ojek sepeda tua di kawasan Stasiun Jakarta Kota, Jakarta Barat.

Samto yang tinggal di jalan Cengkeh, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat ini mengaku telah menekuni profesi sebagai tukang ojek sepeda sejak tahun 1982.

"Saya udah kerja jadi tukang ojek dari mulai saya umur 30 tahun. Waktu itu Jakarta Kota belum begini keadaannya," ujarnya saat ditemui .

Samto bercerita, tiga puluh tahun yang lalu tukang ojek sepeda masih berjaya karena tak ada moda transportasi lain yang dirasa lebih efektif saat itu.

"Dulu daerah Jakarta Kota itu masih rawan, cuma ada empang doang di sekitar sini. Waktu itu angkot, oplet masih jarang," ceritanya.

Ia mengatakan, saat itu dalam sehari dirinya bisa mendapatkan penghasilan antara Rp 200 hingga Rp 300.

"Zaman itu kalau mau makan, Rp 25 aja udah kenyang, jadi lumayan penghasilannya pas zaman itu," lanjutnya.

Baca juga: "Kring Kring Kring...Om Ontel Om?

Mulai tergusur ojek "online"

"Sudah tiga tahunan ini ojek sepeda penumpangnya jarang. Sehari dapet 5 penumpang udah syukur alhamdullilah," keluh seorang tukang ojek sepeda lainnya, Surdi.

Menurutnya, keberadaan ojek online yang semakin menjamur menjadi salah satu penyebab turunnya jumlah penjmpang ojek sepeda di stasiun yang berdekatan dengan kawasan Kota Tua ini.

"Ya kami maklum sebenarnya, kan ojek online itu murah, cepat dan udah gampang kan orang mesennya. Ojek sepeda enggak bisa narik terlalu jauh," sebutnya.

Ia mengatakan, hal ini juga lah yang menyebabkan mayoritas para penarik ojek sepeda di kawasan Kota Tua berusia lanjut.

"Yang muda kan pasti enggak ada yang mau ngojek sepeda. Enakan ngojek online, banyak penumpangnya dan enggak capek. Penumpang juga seneng, Rp 4.000 udah bisa naik ojek online kan," kata dia.

Meski sepi penumpang, para tukang ojek sepeda bertekad akan terus membentuk barisan di depan Stasiun Jakarta Kota dengan topi safari dan sandal jepit yang menjadi ciri khasnya.

"Cuma ini yang kami bisa, dapetnya berapapun kami tetep nunggu di depan sini," tutup Samto.

Baca: Ratusan Pesepeda Ontel Antar Jokowi-JK Daftar ke KPU

kompas.com

loading...

Related Posts :

0 Response to "Eksistensi Ojek Sepeda Kota Tua di Tengah Menjamurnya Ojek "Online""

Posting Komentar

loading...