JAKARTA, - Pergerakan panitia khusus hak angket Komisi Pemberantasan Korupsi terus mendulang kritik dari banyak pihak, termasuk masyarakat. Diterpa kritik sana-sini, Pansus tak peduli.
Pada Kamis, mereka mengunjungi para koruptor di lembaga pemasyarakatan Sukamiskin, Bandung.
Rencana berkunjung ke rumah tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur, juga akan dilakukan. Mereka akan bertemu para tahanan kasus korupsi.
Yetty, warga asal Bandung, mengaku bingung dengan langkah-langkah pansus, terutama dengan meminta pandangan dari koruptor.
"Lucu anggota Pansus tanya-tanya ke narapidana yang sedang dihukum. Ya pasti mereka memusuhi KPK," kata Yetty saat dihubungi , Jumat.
Ia juga heran dengan komposisi pansus yang banyak berkonflik dengan KPK. Lebih baik pansus diisi dengan anggota-anggota Dewan yang lebih netral.
"Cari anggota DPR lain yang netral banyak kan," tuturnya.
Senada dengan Yetty, Faiz warga asal Jakarta melihat pansus seperti mencari-cari kesalahan KPK.
Koruptor, menurut dia, sudah jelas merupakan barisan sakit hati yang akan memberikan informasi yang menyudutkan KPK.
"DPR lembaganya sudah bersih, apa? Berani-beraninya cari kesalahan KPK," tutur Faiz.
Di samping itu, Pansus terkesan tak memedulikan kritik dari berbagai pihak yang meminta Pansus menghentikan penyelidikannya.
Bahkan, petisi penolakan pun tak diindahkan. Sedangkan barisan sakit hati didengarkan.
"Kalau lihat Pansus Angket saat ini dengan mengunjungi BPK, ketemu narapidana, sudah jelas mencari-cari kesalahan KPK," sambung dia.
Sementara itu, Jessica warga Jakarta melihat manuver Pansus adalah langkah blunder.
Langkah tersebut bertentangan dengan alasan awal pembentukan pansus yakni memperkuat KPK.
Justru, langkah-langkah Pansus saat ini semakin membuktikan bahwa mereka menyasar pelemahan KPK.
"Kenapa harus ke narapidana korupsi? Napi sudah dibuktikan kesalahannya di pengadilan. Ngeles-nya Pansus bahwa tugasnya tidak akan memperlemah KPK justru terbuktikan," ucap Jessica.
Ketua Pansus Angket KPK, Agun Gunandjar Sudarsa sebelumnya meminta agar kunjungan Pansus menemui koruptor tidak dimaknai negatif.
"Itu yang saya mengatakan tolong sama-sama berusaha untuk sama-sama bisa saling menghargai, menghormati. Jangan sedikit ada kecurigaan sedikit pun," kata Agun, di Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat, Kamis malam.
Agun mengklaim, iktikad dan niat Pansus itu baik, yaitu menegakkan sebuah kebenaran. Kebenarannya, lanjut Agun, akan diuji oleh rakyat melalui wakilnya di parlemen.
Proses mengujinya dijanjikan Agun akan terukur, transparan, akuntabel dan partisipatif. Agun menepis anggapan bahwa kegiatan Pansus menemui orang yang sudah menjadi terpidana menunjukan bahwa proses pengadilan di Indonesia tidak kompeten.
Pansus Angket KPK tetap berjalan meski dikritik berbagai pihak. Pansus ini muncul pascapenyidikan kasus korupsi e-KTP oleh KPK yang menyeret sejumlah anggota DPR.
Para pakar yang tergabung dalam Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara-Hukum Administrasi Negara menilai, pembentukan Pansus Hak Angket KPK oleh DPR RI cacat hukum.
Total ada 23 anggota DPR di dalam Pansus Hak Angket KPK. Berikut nama-nama mereka:
1. Fraksi PDI-P: Masinton Pasaribu, Eddy Kusuma Wijaya, Risa Mariska, Adian Yunus Yusak, Arteria Dahlan, Junimart Girsang.
2. Fraksi Golkar: Bambang Soesatyo, Adies Kadir, Mukhammad Misbakhun, John Kennedy Azis, Agun Gunanjar.
3. Fraksi PPP: Arsul Sani, Anas Thahir
4. Fraksi NasDem: Taufiqulhadi, Ahmad HI M. Ali
5. Fraksi Hanura: Dossy Iskandar
6. PAN: Mulfachri Harahap, Muslim Ayub, Daeng Muhammad.
7. Gerindra: Moreno Suprapto, Desmond Junaidi Mahesa, Muhammad Syafii, Supratman Andi Agtas.
kompas.com
0 Response to "Lucunya Pansus Angket DPR, Temui Koruptor Musuhnya KPK..."
Posting Komentar