Digitalisasi di sektor pendidikan mengindikasikan bahwa sektor ini tengah mengalami transformasi secara mendalam, namun di sisi lain, banyak sekolah, kampus, maupun perguruan tinggi yang terengah-engah mengimbangi setiap perubahan teknologi yang terjadi. Hal tersebut seperti disampaikan pada laporan terbaru Fujitsu, bertajuk, The Road to Digital Learning.
Survei ini menyasar lebih dari 600 pemimpin-pemimpin IT di tingkat sekolah, kampus, maupun perguruan tinggi di tujuh negara berbeda di dunia, termasuk Indonesia, memberikan gambaran menarik mengenai kondisi ranah sistem pendidikan digital secara global.
Seperti dituturkan oleh banyak responden, bahwa tingginya antusiasme institusi-institusi pendidikan untuk memanfaatkan solusi-solusi digital dalam rangka mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang kian terpersonalkan, interaktif, dan kolaboratif, ternyata tidak sejalan dengan tingginya tingkat kompleksitas yang harus mereka lalui dalam rangka mewujudkannya. Selain terkendala oleh sistem IT lama, mereka juga frustasi akibat kurangnya sumber daya pendukung.
Maksud dari frustasi kurangnya sumber daya pendukung salah satunya di sisi pendidik. Lebih dari separuh atau 51 persen responden menuturkan bahwa mereka tengah mengalami kesulitan untuk mengimbangi setiap perubahan teknologi yang terjadi. Menurut survei, hal ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan, karena banyak kendala mereka alami terutama terkait bagaimana menyelaraskan kondisi antara siswa yang makin melek teknologi dengan guru-guru mereka yang rata-rata memiliki tingkat literasi teknologi yang lebih rendah dari siswanya.
Sementara itu, 54 persen responden menilai bahwa tingkat literasi teknologi siswa didik mereka termasuk dalam kategori 'sempurna' dan 'bagus' dan 91 persen sepakat bahwa meningkatkan kompetensi digital bagi staf pengajar menjadi prioritas institusi mereka dalam jangka waktu 12 bulan mendatang.
Di banyak kasus, institusi mulai fokus menyiapkan tenaga pengajar mereka dalam merengkuh metode dan solusi pendidikan digital, sekaligus sebagai enabler untuk teknologi cloud.
"Teknologi digital hadirkan banyak peluang kepada sektor pendidikan, termasuk bagaimana mewujudkan proses pembelajaran yang makin tepersonalkan, serta proses pembelajaran mandiri yang bisa dilakukan kapanpun, di manapun, dan menyediakan umpan balik untuk setiap proses kemajuan yang telah ditempuh di dalam kelas," kata Ash Merchant, Director of Education at Fujitsu dalam keterangannya, Jumat.
Banyak institusi pendidikan yang juga terkendala dengan kompleksitas infrastruktur. Mereka juga dipusingkan dengan konektifitas jaringan yang buruk dan hardware serta software usang yang sudah tak laik lagi. Belum lagi tim IT di institusi-institusi tersebut dituntut pula untuk dapat menyediakan perangkat, infrastruktur, dan aplikasi dengan perbandingan yang tepat.
Hampir 46 persen responden mengaku memiliki perangkat terbaik yang akan mendukung mereka dalam mencapai tujuan atas terselenggaranya proses pendidikan digital, meskipun perangkat terbilang mudah rusak ketika digunakan siswa ataupun terkendala karena memiliki keterbatasan soal keamanan, bahkan tanpa sistem keamanan terpasang. [idc]
merdeka.com
0 Response to "Masih ada 'jurang' penguasaan teknologi antara pendidik dan siswa"
Posting Komentar