Yogyakarta - Seluruh pedagang kaki lima di sepanjang jalan Malioboro meliburkan diri hari ini. Meski kehilangan pendapatan yang tak sedikit dalam satu hari, mereka tetap mematuhi aturan yang ditetapkan pemerintah.
Salah seorang pedagang, Yudi Prasetyio, di Jalan Malioboro mengaku hanya bisa mengikuti karena sudah menjadi program pemerintah kota Yogyakarta. Apabila setiap Selasa Wage harus libur, ia mengaku juga tidak bisa menolaknya.
"Sebenarnya ya eman-eman, harusnya kan jualan. Tapi karena sudah program pemerintah ya gimana lagi," kata Yudi saat ikut kerja bakti di jalan Malioboro, Selasa.
Yudi yang sehari-harinya berjualan kerajinan di sisi barat jalan Malioboro ini mengaku per harinya dia bisa mendapatkan omzet rata-rata Rp 500 ribu.
Menurutnya PKL yang ada di sisi barat Jalan Malioboro saja jumlahnya 1.300-an. Belum lagi di sebelah timur Jalan Malioboro.
"Sebenarnya kalau setiap bulan libur ya berat. Tapi kalau seperti itu sudah jadi program, gimana lagi kita nggak bisa apa-apa," kata Yudi.
Ketua Paguyuban Lesehan Malam Malioboro, Sukidi mengatakan libur satu hari setiap bulannya bagi semua pedagang di Malioboro sudah menjadi kesepakatan komunitas Malioboro. Ia mengakui dari sisi pendapatan memang rugi tetapi hal itu sudah menjadi kesepakatan bersama. Kesepakatan libur dan bersih-bersih ini sebenarnya juga sudah diatur dalam Peraturan Wali Kota Yogyakarta.
"Kalau setiap Selasa Wage libur untuk reresik, kami mendukung. Untuk libur hari ini sudah kesepakatan, kalau ada yang buka kita ingatkan dan kita tutup," kata Sukidi.
Kepala UPT Malioboro, Syarif Teguh mengatakan, jumlah PKL disepanjang jalan Maliboro mencapai 2 ribuan. Menurutnya ini baru tahap awal untuk yang berjualan di ruko-ruko tetap buka. Hanya PKL yang di depan pertokoan yang libur.
"Inikan baru awal, ada prosesnya, ada evaluasi," kata Syarif.
detik.com
0 Response to "Libur Jualan, PKL Malioboro: Eman-eman, Tapi Sudah Jadi Kesepakatan"
Posting Komentar