Gaj Ahmada Viral dan Diolok-olok, Apa Kata Penulis Buku?

DEPOK, - Herman Sinung Janutama, penulis buku "Kesultanan Majapahit: Fakta Sejarah yang Tersembunyi", menanggapi pihak yang mengolok-olok isi bukunya tersebut.

Buku karya Herman itu mendapat banyak perhatian hingga olok-olok setelah viralnya kata " Gaj Ahmada".

Saat menjadi pembicara dalam sebuah diskusi yang diadakan di Depok, Sabtu, Herman menyatakan tidak pernah menulis kata Gaj Ahmada di dalam bukunya. Adapun kata yang dia tulis adalah "Gajah Ahmada".

"Saya sudah bilang saya tidak pernah bilang Gaj Ahmada. Dalam buku saya Gajah Ahmada," kata Herman.

Menurut Herman, nama Gajah Ahmada diperoleh dari metodologi Mardi Kawi yang dia jadikan landasan dalam penelitian buku "Kesultanan Majapahit: Fakta Sejarah yang Tersembunyi".

Dalam metodologi Mardi Kawi, Herman berujar penyebutan nama Gaj Ahmada dalam budaya masyarakat Jawa tempo dulu tidak mungkin terjadi. Karena bukan menjadi kebiasaan pelafalan oleh masyarakat pada masa itu.

"Dalam metodologi Mardi Kawi yang saya pakai, tidak boleh menulis Gaj-Ahmada. Harus Gajah-Ahmada, atau jadi satu Gajah Mada. Dalam seluruh kata-kata Kawi, adanya Maharaja. Tidak ada Maharaj seperti di India," ucap Herman.

Herman menilai munculnya nama Gaj Ahmada disebabkan adanya kesalahan saat proses produksi buku oleh penerbit terbaru dari buku tersebut.

"Ketika ada di Facebook yang menunjukkan versi terbitan Naura Book itu, kaget saya. Ternyata tulisannya Gaj Ahmada. Waduh ini berarti ada miss antara editor dengan saya," ucap Herman.

kompas.com

loading...

Related Posts :

0 Response to "Gaj Ahmada Viral dan Diolok-olok, Apa Kata Penulis Buku?"

Posting Komentar

loading...