Pengalaman Kehilangan Tas di Australia

Brisbane -

Jane Ahlstrand adalah mahasiswa Australia yang juga seorang penari Bali. Minggu lalu ketika tampil di Universitas Queensland di Brisbane, dia mengalami peristiwa tidak mengenakkan. Tasnya hilang dicuri di dalam kampus.

Uniknya, tas tersebut kemudian ditemukan oleh seorang petugas kebersihan asal Indonesia. Simak penuturan Jane untuk ABC Australia Plus berikut ini.

Suasana di University of Queensland selalu meriah. Kampus saya juga disebut dalam daftar kampus terindah di Australia.

Mungkin justru karena suasana ceria itu, saya selalu menjalankan tugas di kampus dengan tenang. Saya tidak pernah menyangka bahwa di dalam kerumunan mahasiswa, ada maling mengintai.

Kemarin, tiba-tiba saya terpaksa mengubah persepsi itu saat saya dan teman saya menjadi korban pencurian di kampus.

Nah, walaupun berduka, saya juga sadar bahwa bagi setiap orang jahat, ada ribuan orang baik di sini, termasuk orang Indonesia.

Ujung-ujungnya, kejadian ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya. Karena itu, saya termotivasi untuk berbagi kisah ini.

Hari Rabu harusnya menjadi hari yang sangat spesial. Selain studi S3 di University of Queensland, saya juga mengajar tari Bali di sini.

Dalam rangka acara UQ Cultural Fiesta saya akan menampilkan Tari Puspanjali, sebuah tari penyambutan dari Bali dengan salah satu murid saya bernama Alwina Fitria Maulidiani.

Dengan semangat, kami berdandan dari pagi sampai siang.

Satu murid lagi bernama Galih Respati Pradana Mukti turut membantu kami sebagai " juru potret resmi" dan " asisten" khusus untuk kami.

Saat tiba di lokasi acara Cultural Fiesta itu, kami diarahkan ke sebuah tenda di samping panggung untuk menyimpan barang dan " standby."

Sambil menunggu giliran " manggung," kami berbincang-bincang asyik sambil berfoto-foto dengan teman-teman yang datang untuk memberi dukungan.

Akhirnya tiba giliran kami. Perasaan saya di atas panggung saat itu sangat enak dan saya juga yakin Alwina menikmati pengalaman itu.

Semuanya berjalan lancar dan kami mendapatkan tepuk tangan yang sangat meriah dari semua hadirin.

Setelah turun dari panggung, kami diajak berfoto dengan banyak mahasiswa dari berbagai negara yang datang untuk merayakan pesta internasional tersebut.

Dengan semangat kami memenuhi setiap permintaan untuk berfoto.

Murid saya, Galih, yang menjadi " juru potret resmi" dengan model kamera bagus mengajak kami berfoto di atas tangga depan gedung Forgan Smith, sebuah gedung bermodel klasik yang dikenal sebagai lambang kampus UQ. Lokasinya hanya 20 meter dari tempat acara dan kami berfoto di gedung itu hanya 5 menit.

Jane Ahlstrand, Alwina Fitria dan Galih Respati di Universitas Queensland

Pada jam 2, kami sudah mulai cukup gelisah karena sebagai mahasiswa, kami ada tugas yang selalu menunggu. Maka setelah selesai sesi foto di Forgan Smith, kami hendak mengambil barang, menghapus makeup, ganti baju dan kembali mengerjakan tugas kuliah.

Namun, saat kami tiba di tenda, tiba-tiba kami shock! Kok! Tas saya kemana? Kotak kosmetik dan tas perlengkapan kostum masih ada tetapi ransel saya tidak ada lagi.

Tas Galih hilang juga. Tas Alwina masih ada dan saat dibuka, dia cukup lega karena laptopnya masih ada. Kami langsung mencari panitia.

Dengan sikap yang campur panik dan optimis, kami juga bertanya kepada klub dan grup penari lain apakah ada teman yang kebetulan salah ambil tas atau memindahkan tas kami ke kios lain. Sayangnya, tidak ada.

Saya dan Galih menuju ke kantor Security kampus. Di situ kami melaporkan kejadian itu dan menjelaskan isi tas satu per satu.

Kami kehilangan dompet, kartu identitas, kunci rumah, kunci mobil, pakaian, dan lain-lain.

Karena pakaian saya ada di dalam tas juga, saya tidak bisa mengganti baju. Semua laporan saya lakukan dengan memakai kostum menari dan full makeup.

Sambil membuat laporan, masih dengan memakai kostum dan full makeup juga, Alwina keliling kampus dengan satu teman lagi dari Indonesia untuk menemukan tas kami.

Saat masih menunggu di kantor security, Galih menerima telepon dari Alwina. Wah! Tas Galih sudah ditemukan! Tasnya dibuang ke lantai depan elevator di dalam gedung Forgan Smith.

Dompetnya masih ada, dan isinya utuh! Anehnya, yang hilang hanya kotak pensil dan satu tas berisi mukena untuk sholat.

Alwina dan temannya terus berusaha untuk mencari tas saya, memeriksa setiap sudut gedung di dekat lokasi festival itu, di toilet pria, wanita, tong sampah, dan lain lain.

Sore sudah tiba, dan matahari pun mulai terbenam. Tapi tas saya belum ditemukan.

Saya diberikan baju kaos oleh panitia karena saya sudah mulai dingin dan agak sakit karena sudah terlalu lama memakai kostum tari Bali yang sangat ketat itu.

Inilah penampakkan tas Jane Ahlstrand dan Alwina Fitria
Inilah penampakan tas Jane Ahlstrand dan Alwina Fitria

Mereka sungguh-sungguh meminta maaf kepada saya. Setelah mengganti baju, saya mulai keliling kampus juga tetapi tidak menemukan tas saya.

Saya diberi uang bekal oleh panitia supaya bisa pulang. Akhirnya saya pulang dalam kegelapan malam dengan rasa sedih.

Malam itu kami juga posting berita di Facebook dan teman-teman lain ikut membantu dengan nge-share foto tas saya dalam beberapa grup online.

Besok saya harus mengajar bahasa Indonesia di kampus. Saya harus memakai makeup tebal untuk menutupi kantong mata karena semalam mengalami kesulitan tidur.

Setelah mengajar, tiba-tiba HP saya berdering. Ada notifikasi email. Saya membuka email itu dari Fakultas Pendidikan.

Seorang petugas kebersihan menemukan tas saya di dalam toilet pria di dalam gedung Ilmu Sosial.

Saya langsung lari ke sana. Ternyata yang menemukan tas saya orang Indonesia juga yang kerja paruh waktu sebagai petugas kebersihan sambil kuliah.

Isi tas saya masih utuh, termasuk dompet saya. Yang hilang hanya uang. Saya tidak peduli karena uang itu bisa dicari lagi.

Yang penting tas saya dan isinya sudah dikembalikan.

Saya merasa sangat berterima kasih kepada teman-teman saya dari Indonesia yang dengan tulus hati dan ikhlas turut membantu untuk mencari tas saya.

Walaupun ini bisa dibilang kejadian yang tidak menyenangkan, saya juga dapat melihat kebaikan hati teman-teman saya.

Lain kali, bila saya pentas, tas saya harus dititip dengan teman dan tidak ditinggal sendiri di dalam tenda.

Ada kemungkinan besar pencuri modus itu beroperasi di beberapa kampus di Australia.

Sebagai mahasiswa, kita semua perlu lebih waspada karena saat barang berharga kita hilang, dunia kita akan langsung berubah.

Jane Ahlstrand, mahasiswi S3 di University of Queensland. Ia merupakan delegasi Konferensi Pemuda Australia-Indonesia 2016 di Bali. Jane aktif mengajar tari Bali hingga saat ini.

detik.com

loading...

Related Posts :

0 Response to "Pengalaman Kehilangan Tas di Australia"

Posting Komentar

loading...